Liputansatu.com – Setelah melakukan inisiasi untuk mengajukan Geopark Bone menjadi bagian dari Global Geopark november lalu.
Perhimpunan Wija Raja Lapatau kembali mengadakan FGD (Focus Group Discussion) yang digelar di watampone, Rabu (04/05).
FGD yang dilaksanakan merupakan tindak lanjut dari Tudang Sipulung yang sebelumnya diadakan di Watampone, 20 November 2021.
Salah satu rekomendasinya adalah Bone Geo Park yang berpotensi sebagai wahana/wadah pendidikan, pelestarian, konservasi alam dan budaya, serta pariwisata dimana berpotensi diajukan sebagai Global Geopark.
Sebagai Narasumber FGD, Dr. Ir. Asri Jaya dari Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin menjelaskan Konsep geopark sebagai wisata geologi, wisata budaya atau culture diversity.
”Salah satu geologi yang unik di Indonesia ada di Sulsel. Seperti potensi air panas dan sejumlah cagar dan benteng tua,” kata Prof Asri.
Hadir juga dalam FGD kali ini Yadi Mulyadi dosen arkeologi FIB Unhas, menurut Yadi, jika ingin melihat geopark di Indonesia, sebenarnya ada di Bone. Pada prinsip memuliakan bumi dan menyejahterakan masyarakat, itulah geopark taman bumi yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi.
“Falsafah geopark menciptakan kedekatan antara manusia dan alam. Harus lahir dari masyarakat bukan dari pemerintah.
“Harus ada SDM yang unggul, dan Unhas senantiasa komitmen,” lanjutnya.
Keberadaan Geopark di Bone menjadi momentum positif dan akan memberikan kontribusi pada peningkatan kegiatan dunia pariwisata didaerah setempat juga upaya konstruksif untuk melestarikan kekayaan alam yang ada disana.
Tentu saja sangat berdampak dalam peningkatan ekonomi dan masyarakat seperti di China.
“Untuk pengembangan geopark secara regulasi atau aturan sangat jelas.”Peningkatan kesejahteraan tanpa merusak alam. Nilai gotong royong yang terimplmentasi dalam konsep kekinian,” ungkap jebolan kampus di Jawa ini.